Ruang Lingkup, Tantangan, dan Peluang Penelitian Teknologi Farmasi
Ruang
Lingkup, Tantangan, dan Peluang Penelitian Teknologi Farmasi
Narasumber : apt.
Mayu Rahmayanti, S.Farm., M.Sc dan
apt. Ginanjar Putri Nastiti, S.Farm., M.Farm.
Gambaran
umum penelitian
Program Teknologi Farmasi (Tekfar) berada di bawah Departemen
Pharmaceutical Science dan berfokus pada riset yang berkaitan dengan kebutuhan
industri farmasi. Dalam industri farmasi sendiri terdapat beberapa departemen,
seperti R&D (Research and Development), QC (Quality Control), maupun QA
(Quality Assurance). Bidang penelitian yang bisa dikembangkan di Tekfar umumnya
berhubungan dengan formulasi, optimasi, maupun evaluasi produk farmasi
R&D (Research and Development)
Berhubungan dengan
pengembangan formula, optimasi formula, dan evaluasi formula. Dari sisi formulasi, mahasiswa dapat menyusun dan
mengembangkan komposisi sediaan, misalnya tablet parasetamol. Dalam formulasi tersebut, selain bahan aktif, juga perlu
ditentukan komponen eksipien, seperti pengisi, pengikat, dan pelincir.
Pemilihan dan perancangan eksipien ini harus sesuai dengan peran masing-masing
dalam mendukung kualitas tablet.
Selain formulasi,
penelitian juga bisa difokuskan pada optimasi, yakni menentukan kondisi atau
konsentrasi eksipien yang paling sesuai untuk menghasilkan sediaan dengan
kualitas terbaik. Misalnya, meneliti konsentrasi laktosa yang optimal dalam
pembuatan tablet agar menghasilkan karakteristik yang diinginkan.
Selanjutnya,
penelitian dapat diarahkan ke aspek evaluasi, contohnya uji stabilitas. Pada
tahap ini, produk yang sudah diformulasi diuji untuk melihat ketahanan serta
kestabilannya, baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi, dengan
penyimpanan pada kondisi tertentu. Fokus penelitian ini bukan lagi pada
rancangan formula, melainkan pada pengujian mutu produk agar tetap stabil
selama penyimpanan. Selain uji stabilitas, juga dapat melakukan evaluasi kimia.
Misalnya, dengan melakukan pengukuran kadar zat aktif dalam suatu sediaan untuk
memastikan bahwa kandungan yang ada sesuai dengan yang ditetapkan. Evaluasi
kadar ini penting untuk menjamin konsistensi, keamanan, serta efektivitas
produk yang dihasilkan.
QC (Quality Control)
Selain itu,
penelitian juga dapat diarahkan pada aspek Quality Control (QC). Misalnya,
dengan membandingkan sampel yang dikembangkan dengan produk kompetitor melalui
uji bioavailabilitas atau uji bioekivalensi. Pendekatan ini penting untuk
menilai sejauh mana produk yang diteliti memiliki kesetaraan mutu dan
efektivitas dengan produk yang sudah beredar di pasaran.
Produksi
Selain
formulasi, penelitian di bidang teknologi farmasi juga dapat dikaitkan dengan
proses produksi. Misalnya, pada tahap produksi digunakan alat mixing yang
memiliki berbagai kecepatan putar. Penelitian bisa difokuskan pada optimasi
kecepatan pengadukan tersebut untuk menghasilkan campuran atau emulsi yang
lebih stabil. Dalam hal ini, fokus penelitian bukan pada formulanya, melainkan
pada instrumennya.
Selain itu,
penelitian juga bisa diarahkan pada pengembangan sistem penghantaran obat (drug
delivery system). Contohnya, jika suatu ekstrak tanaman memiliki kelemahan
berupa kelarutan yang rendah, penelitian dapat difokuskan pada upaya
peningkatan kelarutan, seperti dengan membuat sediaan nanopartikel. Fokusnya
bisa pada ukuran partikel, pemilihan polimer, hingga dampaknya terhadap
kelarutan maupun absorpsi zat aktif. Sistem penghantaran lain yang dapat
dikembangkan, misalnya SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System)
untuk memperbaiki bioavailabilitas zat aktif yang sukar larut.
Selain sistem
penghantaran, penelitian juga bisa berfokus pada pengembangan eksipien. Salah
satunya adalah pengembangan eksipien halal, mengingat gelatin yang umum dipakai
dalam formulasi seperti tablet kunyah, gummy, maupun kapsul sering kali berasal
dari sumber yang tidak halal. Penelitian dapat diarahkan pada pembuatan gelatin
dari sumber halal, baik hewani maupun nabati. Begitu pula dengan eksipien lain,
seperti Carboxymethyl Cellulose (CMC), yang tidak hanya dapat diperoleh secara
sintetis, tetapi juga bisa dikembangkan dari limbah alam, misalnya ampas tebu.
Dengan demikian,
penelitian di bidang teknologi farmasi tidak terbatas pada formulasi obat saja,
tetapi dapat mencakup optimasi proses produksi, pengembangan sistem
penghantaran obat, hingga inovasi dalam pembuatan eksipien.
Dalam formulasi
farmasi juga terdapat berbagai bentuk sediaan, seperti padat, semisolid,
liquid, steril, maupun kosmetik. Mahasiswa dapat memilih fokus penelitian
sesuai minat, apakah pada formulasi, optimasi, eksipien, sistem penghantaran
obat, atau evaluasi mutu produk. Dari sisi bahan aktif, penelitian juga bisa
menggunakan senyawa sintetis maupun bahan alam, sehingga ruang lingkupnya
sangat luas.
Selain itu,
penelitian tidak selalu dilakukan dengan pendekatan trial and error. Optimasi
formula atau proses dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi, misalnya melalui
desain expert (Design-Expert Software). Pendekatan ini memungkinkan
perancangan formula yang lebih efisien sekaligus menghasilkan data yang lebih
sistematis.
Topik penelitian
pun dapat dikaitkan dengan isu lain, misalnya pengembangan produk halal.
Contohnya, bukan hanya sekadar membuat sediaan lotion, tetapi merancang lotion
dengan komposisi bahan yang terjamin kehalalannya. Dengan demikian, penelitian
di bidang teknologi farmasi dapat memberikan nilai tambah, baik dari sisi
inovasi formulasi maupun pemenuhan standar yang relevan dengan kebutuhan
industri.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian
dalam bidang teknologi farmasi umumnya berbeda dengan penelitian
non-laboratorium. Pada skripsi berbasis laboratorium, tidak diperlukan uji
pendahuluan seperti di beberapa penelitian lain. Namun, sejak tahap penyusunan
proposal, peneliti sudah harus menyiapkan rancangan metode penelitian, termasuk
menentukan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum seminar usulan. Misalnya,
jika ingin membuat tablet, maka bahan aktif maupun tambahan sudah harus
ditentukan dalam rancangan formula. Rancangan tersebut sifatnya masih dapat
berubah, tetapi komposisi, prosedur pembuatan, serta rencana evaluasi mutu
sediaan sudah harus dituliskan, mirip dengan tahap preformulasi. Dalam
preformulasi ini juga disertakan prosedur kerja dan metode evaluasi yang merujuk
pada standar baku, seperti Farmakope atau USP (United States Pharmacopeia).
Jika standar tidak tersedia di sumber tersebut, maka dapat mengacu pada
penelitian terdahulu. Dengan demikian, sebelum masuk ke laboratorium, peneliti
harus sudah menetapkan parameter evaluasi, misalnya kekerasan tablet,
kerapuhan, atau parameter mutu lainnya sesuai standar. Setelah itu barulah
dilakukan percobaan di laboratorium dengan menyiapkan alat dan bahan, lalu
melaksanakan uji coba formulasi.
Topik penelitian
Dalam penelitian
teknologi farmasi, bentuk sediaan yang paling sering dibuat adalah semisolid, seperti krim, lotion, gel, emulgel, salep, dan pasta. Bidang
kosmetik juga cukup banyak dipilih, misalnya sunscreen, lipstick, lip balm,
deodorant, krim antiaging, dan body scrub. Ada juga kosmetik yang jarang
dikembangkan, seperti powder, eyeliner, atau blush on. Untuk bentuk liquid,
biasanya berupa serum, sementara obat dalam bentuk liquid lebih jarang karena
umumnya dibuat dalam bentuk semisolid. Sediaan tablet
juga jarang diteliti karena keterbatasan alat pencetak, sehingga alternatifnya
bisa membuat produk gummy atau kapsul. Selain itu, dapat juga penelitian
pada serbuk tabur,
misalnya puyer dalam bentuk sachet industri atau puyer effervescent.
Di sisi lain,
penelitian semisolid juga bisa meneliti aspek kehalalan suatu
produk, terutama terkait
eksipien. Walaupun kebanyakan menggunakan bahan alam, penggunaan bahan kimia
juga sangat diperbolehkan, misalnya tea tree oil atau minyak atsiri
lainnya. Produk sederhana seperti sabun cair atau sabun padat juga bisa
diteliti, tapi biasanya perlu ditambahkan variasi uji, seperti uji stabilitas
atau uji iritasi, agar lebih kompleks dan tidak terlalu sederhana. Penelitian
pun tidak selalu harus menghasilkan produk akhir, bisa juga fokus pada sistem penghantaran
obat seperti Self-Nanoemulsifying
Drug Delivery System (SNEDDS) atau liposom. Bahkan, dapat juga untuk
mengembangkan topik mengenai sediaan steril.
Kelebihan
dan kekurangan (Tantangan)
Dalam penelitian teknologi farmasi sering muncul
beberapa tantangan, misalnya pada bahan yang harus dibeli dari supplier dengan
harga cukup tinggi, waktu tunggu produk datang yang lama, serta kewajiban
membeli dalam jumlah besar. Karena itu, disarankan memilih bahan yang mudah
diperoleh agar tidak menyulitkan proses penelitian. Kendala lain juga bisa
datang dari keterbatasan instrument, sebaiknya memilih topik yang dapat
dikerjakan dengan alat yang tersedia di kampus. Jika harus menggunakan
fasilitas di luar kampus, biasanya ada antrean sampel untuk uji yang dapat
memperlambat penelitian. Proses trial and error pun tidak dapat
dihindari dalam tahap pengembangan.
Namun, penelitian di bidang ini memiliki kelebihan
karena sangat bergantung pada usaha mahasiswa sendiri. Selain itu, penyusunan
proposal atau seminar penelitian (sempro) biasanya lebih cepat dibanding bidang
lain, karena tidak memerlukan uji pendahuluan. Hal ini dapat menjadi motivasi
tersendiri bagi mahasiswa untuk lebih mandiri dan bersemangat dalam
menyelesaikan penelitian.
Kuota
mahasiswa bimbingan
Kuota disesuaikan dengan dosen masing-masing. Sehingga akan berbeda jumlahnya satu sama lain. Juga
menyesuaikan jumlah angkatan dan tanggungan mahasiswa bimbingan yang sebelumnya.
Mekanisme
Perekrutan
Pada mata kuliah Metodologi Penelitian, mahasiswa akan
menghasilkan mini proposal sebagai output akhir. Sebaiknya mini proposal
tersebut disusun sesuai dengan bidang yang diminati, sehingga saat pengajuan di
akhir semester 5 (bersamaan dengan KKN, dalam rentang waktu sekitar dua minggu)
mahasiswa sudah lebih siap untuk mengajukan ke dosen pembimbing yang dipilih.
Proses pengajuan dilakukan dengan menemui dosen pembimbing sambil membawa mini
proposal. Jika dosen pembimbing menyetujui, maka proposal tersebut akan
ditandatangani sebagai tanda persetujuan.
Selain jalur reguler tersebut, ada pula beberapa dosen
yang membuka rekrutmen mahasiswa untuk bergabung dalam penelitian yang sedang
mereka jalankan. Pada jalur ini, judul atau topik skripsi biasanya sudah
ditentukan sesuai dengan proyek penelitian dosen. Jika topik tersebut sesuai
dengan minat dan passion mahasiswa, maka kesempatan ini dapat menjadi
pilihan yang baik untuk diikuti.
Kriteria mahasiswa bimbingan
Untuk Ibu Mayu tidak
memiliki karakteristik khusus pada mahasiswanya. Tetapi terdapat beberapa hal
yang dapat menjadi bahan pertimbangan. Dimulai dari apakah topiknya sesuai
dengan kemampuan Ibu Mayu. Juga melihat ke personal mahasiswa, bagaimana saat
di dalam kelas (attitude baik dan memiliki keinginan belajar yang tinggi),
karena membimbing mahasiswa yang sesuai dengan keinginannya akan lebih mudah.
Skripsi yang Baik
Skripsi yang baik
bukanlah skripsi yang dinilai dari tingkat kesulitannya, melainkan dari adanya
unsur kebaruan. Karena sifatnya individual, pilihlah topik yang benar-benar
disukai agar proses pengerjaannya lebih menyenangkan dan berkelanjutan. Tidak
perlu ikut-ikutan atau terbawa rasa "FOMO", sebab ketika menghadapi
kegagalan, motivasi untuk bangkit kembali akan lebih kuat jika topik yang
dipilih sesuai dengan minat pribadi. Perlu diingat bahwa skripsi bukanlah
perlombaan, sehingga tidak perlu terburu-buru hanya karena ingin mengejar orang
lain. Jadikan hal tersebut sebagai pemacu untuk terus berprogres setiap hari
hingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Pemilihan Bahan sebagai Zat Aktif
Bahan yang
digunakan dapat berasal dari alam maupun dari hasil sintesis kimia. Contohnya,
bahan alam dapat diperoleh dari tanaman yang kemudian diekstraksi. Metode
ekstraksi tersebut memiliki berbagai jenis, seperti ekstrak kering, kental,
maupun cair, yang semuanya dapat digunakan sesuai kebutuhan sediaan yang akan
dibuat.
Sementara itu,
apabila tidak menggunakan bahan alam, dapat memanfaatkan bahan kimia yang
diproduksi oleh industri, misalnya senyawa sintetis seperti parasetamol atau
asam mefenamat. Pemilihan bahan, baik dari alam maupun dari hasil sintesis,
disesuaikan dengan tujuan dan rancangan penelitian. Hanya saja, penggunaan
bahan alam menuntut peneliti untuk mencari dan menyiapkan sendiri bahan
bakunya, sedangkan bahan sintetis umumnya lebih mudah diperoleh melalui
pembelian dari industri farmasi.
Dalam
penelitian, peneliti dapat menggunakan formulasi yang sudah pernah dikembangkan
sebelumnya, namun diperlukan adanya inovasi atau pembeda. Misalnya, apabila
penelitian terdahulu telah menghasilkan tablet, maka peneliti dapat melakukan
reformulasi dengan memperhatikan kelemahan yang ada pada penelitian sebelumnya.
Perbedaan tersebut tidak harus bersifat menyeluruh, tetapi dapat ditunjukkan
melalui variasi pada komposisi bahan, konsentrasi, metode pembuatan, maupun
bentuk sediaan yang digunakan. Hal ini penting karena penelitian skripsi
dituntut untuk memiliki kebaruan yang membedakannya dari penelitian terdahulu.
Sebagai contoh, meskipun sama-sama menggunakan ekstrak daun jati cina,
penelitian dapat dibedakan berdasarkan bentuk sediaannya, seperti mengembangkan
sediaan effervescent daripada membuat tablet konvensionalnya.
Keterampilan dasar di industri
Dalam proses
penelitian maupun persiapan menuju dunia kerja, mahasiswa farmasi perlu
memiliki beberapa keterampilan dasar. Salah satunya adalah kemampuan dalam mendesain formula, yang mencakup pemahaman komposisi serta sifat bahan
yang digunakan. Selain itu, penting untuk mengikuti tren
perkembangan obat terbaru
sehingga topik penelitian maupun ide produk tetap relevan. Sebelum menentukan
judul atau arah penelitian, sebaiknya tentukan terlebih dahulu bidang industri
yang ingin digeluti, apakah di ranah obat, kosmetik, atau lainnya. Pada aspek optimasi formula, mahasiswa dituntut mampu menghitung kadar serta
menyesuaikan dengan perkembangan obat yang ada. Di sisi lain, keterampilan
dalam bidang Quality Control (QC) juga krusial, terutama terkait penguasaan instrumen
laboratorium serta ketelitian dalam penyusunan dokumen pendukung.
Batasan
dan Fokus Penelitian
Fokus penelitian bisa berbeda tergantung
tujuan yang ingin dicapai. Kalau menggunakan bahan alam untuk pengembangan
bentuk sediaan, maka arah penelitian lebih ke bidang teknologi farmasi. Namun,
kalau bahan alam digunakan untuk menentukan dosis, misalnya untuk mengobati
diare dengan melihat berapa konsentrasi yang efektif, penelitian tidak harus
dibuat dalam bentuk sediaan. Hal itu lebih masuk ke ranah uji efektivitas,
misalnya melalui uji preklinik, sehingga bisa dikategorikan ke bidang bahan
alam dan biomedik. Sementara itu, kalau penelitian diarahkan pada formulasi
atau teknologi pembuatan, maka meskipun menggunakan bahan alam tetap
dikategorikan ke dalam bidang teknologi farmasi.
Pengembangan
Obat Departemen Teknologi farmasi
Penelitian pengembangan obat di teknologi
farmasi juga bisa diarahkan baik untuk manusia maupun hewan. Apoteker sendiri
tidak terbatas hanya pada penggunaan obat untuk manusia, karena dalam
praktiknya juga bisa melayani resep untuk hewan. Jadi, formulasi sediaan untuk
hewan juga sah-sah saja dilakukan, Asalkan tetap mengikuti kaidah farmasetika
yang benar.
More information :
https://drive.google.com/drive/folders/1wxyH6cOlmvms4Oc9u93w9iwwfxgqnLvb?usp=drive_link
Penulis : Deliya Shafa Oktantia
Wallahul muaafieq ilaa aqwamith tharieq
Wassalamualaikum Wr. Wb
#HMPSFHABBATUSSAUDA'
#WidigdaAskara

Komentar
Posting Komentar